Jumat, 29 Maret 2013 0 komentar

BIRD EYES



 
Senja di Universitas Hasanuddin
Senja akhirnya telah menyapa tempat ini. Gradasi warna merah kejingga dengan balutan awan sendu turut melengkapi. Entah mengapa tempat ini begitu tidak asing bagi seorang yang terasingkan seperti ku. Tempat dimana aku merasa hampir menyentuh langit dengan jemari. 

Tapi ternyata aku salah, sedari tadi seekor makhluk rupanya mampu mengalahkan ketinggian dari gedung baruga tempatku duduk kini. Makhluk itu bisa seenaaknya menyentuh dan menembus langit-langit sembari mengepakkan sayapnya. Sesekali juga menghempaskan dirinya ke bawah dan mendayu naik keatas. Seolah ingin memperlihatkan kelihaiaannya dalam terbang, burung itu tak segan-segan mempertontonkan aksinya didepanku. Dan sesungguhnya apa yang aku rasakan tak seindah burung itu rasakan dan hal ini pula lah yang membuatku iri dengan makhluk berbulu dan bersayap ini. Sesuatu yang tidak pernah akan aku dapatkan dimana seharusnya aku bisa mendapatkannya. It’s Freedom


Seorang pernah berkata bahwa kebebasan itu susah untuk didapatkan selagi manusia masih terikat peraturan. Peraturan pun takkan pernah terlepas dari kebebasan. Seolah melengkapi satu sama lain yang membuat simbiosis parasitisme menyebabkan kebebasan harus terkekang olehnya. “Bebas”. Indah memang tapi hanya sebatas indah, susah untuk dirasakan dan dinikmati. Malah semakin dirasakan dan dinimkati maka rasa kungkungan itu makin menjadi-jadi. Prinsip berbanding lurus bukan satu-satunya tetapi prinsip sakit berlipat ganda juga terkadang menjadikan “bebas” tak ada dan tak harus dirasakan.


Apalagi arti “bebas” oleh sebagian orang yang menggangap uang 1000 rupiah begitu berharga untuk membeli segenggam beras dirasakan tidak ada lagi. Bahkan harapan untuk bebas pun seolah dikubur mati dalam dimensi ingatan yang sengaja dan harus dilupakan. Rakyat miskin yang notabene banyak dijumpai di negeri yang katanya kaya ini merasa sudah terambil kebebasannya. Mungkin seandainya satu-satunya kebebasan mereka yakni bernafas harus pula diatur dengan aturan yang tidak jelas, maka rakyat miskin ini betul-betul akan musnah dengan sendirinya. Oknum-oknum biadap yang mengambil kebebasan mereka pun mulai bertebaran. Sebagai contoh, rakyat miskin yang ternyata mempunyai sebuah kebebasan untuk memiliki tanah dengan beratus-ratus hektar yang rencananya akan dia berikan pula untuk kebebasan anak cucunya tersebut raib diambil oleh oknum yang mengaku “pemilik kebebasan” dengan mudahnya mengambil kebebasan rakyat miskin dengan berbagai cara yang menurutnya “bebas” dilakukan. 


Beda halnya dengan kaum yang terstigma negatif oleh masyarakat. Berkedok menjadi diri sendiri, mereka sesungguhnya tak bebas untuk menjadi diri mereka sendiri. Para kaum transgender mungkin paling mengalami penyiksaan terhadap kata kebebasan. Para motivator yang selalu bercua-cua berkata agar menjadi diri sendiri pun malah hanya menjadi boomerang bagi mereka. Lelaki berjiwa wanita dan wanita berjiwa pria tak mampu mengalahkan benteng peraturan yang menghalangi kebebasan mereka untuk berekspresi. Banyak hal yang digali dari mereka untuk mencoba mengambil dasar dari makna kehidupannya. Sering sekali merasa bahwa Tuhan tak lagi adil untuk mereka. Ketika mencoba bebas mengikuti jiwanya, mereka malah terpenjarat sendiri disaluran negative yang berada di sekitar. Ironis memang ketika kebebasan menghantui identitas.


Sementara di dimensi lain, sekelompok manusia sepertinya punya kunci serep untuk memiliki “kebebasan” dengan mudah. Duduk manis dikursi kulit dan menunggu kebebasan datang kepadanya.  Kebebasan seperti mengalir dari banyak saluran dari segala penjuruh mata angin.  Yang sesungguhnya mereka tidak mengetahui bahwa kebebasan yang mereka dapatkan bersumber dari “kebebasan yang haram”. Koruptor. Itu lah mungkin kata yang bisa menggambarkan makhluk bertatto neraka ini. Sesungguhnya mereka dengan mudahnya mengalirkan dana-dana yang seharusnya untuk kebebasan rakyat malah di alirkan ke kebebasannya sendiri. Lupa bahwa hal itu sungguh keji. Dibanding dirinya keji, mending orang lain yang merasakan kekejiannya. Dengan kebebasan haram yang saat ini mereka dapatkan membuat mereka bisa melanglang buana ke berbagai penjuru kebebasan untuk memanfaatkan “kebebasan haram”. Tapi, satu hal yang mereka harus tahu bahwa kebebasan haram yang mereka dapatkan bisa merimbas pada kungkungan yang sangat luar biasa dari si penentu kebebasan nantinya. Itulah yang mereka tidak ketahui.


Bebas memang kata yang simple tapi luas artinya. Menghipnotis ketika mendapatkannya namun sakit ketika harus merasakan. Bebas sulit diartikan karena susah untuk dirasakan. Sedikit saja kebebasan berarti, maka saat itu pula seribu kesakitan akan dirasakan. Ironis makna sebuah kebebasan mampu menghilangkan harapan. kebebasan tidak ada yang murni, semua butuh kebebasan lain untuk membuatnya membebaskannya. Bila ditarik benang merahnya, kebebasan itu bisa berarti tak ada. Semua sudah diatur dan direncanakan. Semua telah dikungkung pada sebuah penjara peraturan. Kebebasan bisa dirasakan ketika kita merasakan melanggar peraturan.


 Dan hal ini membuka mataku bahwa kebebasan justru bersumber dari peraturan yang mengekang itu sendiri. Ketika aturan yang telah diciptakan si pembuat aturan kita langgar, disaat itu pula sebersit kebebasan akhirnya dapat dirasakan. Hanya sebersit tak untuk selamanya. Dan itulah mungkin yang mengelilingi pikiran ku sedari tadi tentang bagaimana mendapatkan sebuah kebebasan. 

 
#bird #freedom


Burung yang tadi seolah bebas pun sebenarnya ternyata tak bebas. Burung gereja kecolatan ini harus berhati-hati ketika terbang mengingat burung besar diatasnya kapan saja bisa menerkam. Dan satu hal juga yang harus diingat bahwa burung itu hanya bisa melihat dari atas tanpa merasakan dari bawah. Mereka sekedar melihat, melihat sebuah kebebasan dari udara, tanpa harus merasakannya dari bawah. Burung bisa kapan saja akan jatuh kebawah dan merasakan sakit yang luar biasa. Tapi manusia bisa saja merasakan sakit yang luar biasa dibawah tapi begitu terbang sangat merasakan kebebasan sejati walaupun hanya sekejap. That’s why, just from bird eyes view, I can felt so free.  




 
;